Tentu Anda pernah mengalami kelambatan atau bahkan
gagal dalam mengakses situs web. Tampilan di mesin peramban pada layar
komputer, ponsel cerdas, atau komputer tablet Anda terus-menerus
menunjukkan ikon loading yang berputar-putar. Ini tandanya perangkat
Anda sedang berusaha memuat konten yang hendak disajikan.
Setelah
ditunggu beberapa detik, ikon loading masih terus berputar sampai
akhirnya berhenti dan muncul keterangan »time-out”. Artinya, waktu yang
dibutuhkan untuk mengakses halaman website sudah melampaui tenggat,
sehingga proses loading terpaksa dihentikan.
Jika ini terjadi, kira-kira di mana letak penyebab kelambatan atau kegagalan saat hendak mengunjungi situs tertentu?
Regional
Director Compuware untuk wilayah Asia Tenggara, Koh Eng Kiong,
mengatakan ada beberapa faktor yang dapat menyebabkan masalah ini.
"Penyakit" itu bisa berasal dari mesin peramban (browser), jaringan
Internet, konten atau aplikasi yang hendak dibuka, database, atau
server.
»Tidak semua kelambanan dalam mengakses web dipicu
dari infrastruktur teknologi informasi,” kata Kiong di Jakarta, Jumat, 8
Juni 2012.
Chief Representative Compuware Indonesia,
Dimas Widiaksono, menuturkan beberapa waktu lalu ia pernah gagal
mengakses situs salah satu bank swasta di Tanah Air karena salah
menggunakan mesin peramban. »Ternyata layanan Internet Banking-nya hanya
bisa dijangkau dengan browser Internet Explorer,” ujar dia.
Kelambanan
atau kegagalan akses ke situs web, menurut Dimas, juga bisa dipicu
lemahnya koneksi jaringan dari penyedia layanan Internet (Internet
Service Provider/ISP) atau beratnya bobot aplikasi yang akan dibuka.
Berapa
lama "penyakit" di jaringan ini bisa dideteksi? Kiong menjawab, »Bisa
sampai 4 sampai 7 hari tergantung pada rumit-tidaknya sistem teknologi
informasi yang diterapkan.”
Untuk memangkas waktu dan
deteksi masalah lebih tepat, Kiong menawarkan solusi Compuware
Application Performance Management (APM). »Platform mampu mendeteksi di
titik mana penyebab kelambanan atau kegagalan akses terjadi dalam
hitungan jam,” ujarnya.
Dimas menuturkan biasanya diagnosis
atas suatu masalah dalam sistem teknologi informasi dimulai dari data
center kemudian barulah masuk ke penyedia jaringan Internet. »Kami
membalik cara kerja ini,” katanya.
Compuware APM bekerja
dari sudut pandang end user atau konsumen. Maksudnya, kata Dimas,
platform dapat menelisik "kesulitan" apa yang dialami konsumen kemudian
mengidentifikasi masalahnya sampai ke pusat data.
Di
Compuware APM, terdapat dua metode deteksi, yakni Gomez dan DynaTrace.
Gomez adalah solusi yang diterapkan di dalam cloud dan biasanya dipakai
untuk mengetahui waktu respons layanan website.
Sementara
DynaTrace merupakan software on premis atau ditanamkan di data center.
Peranti lunak ini, menurut Kiong, mampu mendeteksi sampai ke konten apa
yang dibuka konsumen dan apakah mereka mengalami kesulitan dalam
mengaksesnya.
»Jika ada masalah, software akan mengirimkan
alert (peringatan) kepada teknisi dan memberi tahu di mana penyebabnya
sampai ke tingkat script programming atau koding,” ujar Kiong.
Beberapa
perusahaan di Tanah Air yang telah menggunakan solusi Compuware
misalnya Bank Internasional Indonesia, Adira, dan Telkomsel. Adapun
perusahaan multinasional yang juga memanfaatkan solusi serupa adalah
Yahoo!, Facebook, Google, LinkedIn, dan lainnya.
0 komentar:
Posting Komentar
Mohong Cantumkan Alamat / URL Anda,Agar Kami Dalam Menghubungi Anda.